Pendidikan Desa dan Kota Jauh Berbeda, Kok Bisa?

0
420

 

Masyarakat desa seharusnya memiliki peluang yang sama dengan
masyarakat kota untuk mendapatkan pendidikan. Semangat menuntut ilmu masyarakat
desa lebih tinggi daripada masyarakat kota, karena pendidikan di desa dan kota
sangat berbeda jauh. Lingkungan pergaulan anak desa dan kota berbeda.
Pengetahuan  yang mereka ketahui juga terbatas, karena tingkat
kesadaran masyarakat di komunitas pedesaan 
masih rendah, hidup dengan keterbatasan akan semua hal. Belum lagi
masalah tidak adanya jaringan listrik, sehingga mereka harus menggunakan
penerang tradisional. Padahal, sekarang sudah memasuki era globalisasi, bahkan
dunia teknologi saat ini serba terhubung dengan dunia luar, tetapi masih ada
daerah yang belum terjamah di tanah air kita.

Sangat memrihatinkan, anak desa yang
justru memiliki semangat tinggi dalam menggapai cita-cita tetapi terhalang
dengan semua yang serba terbatas. Anak kota mudah dan cepat menerima informasi
sedangkan di desa atau pelosok harus menunggu dan lambat menerima informasi. Selain
itu, jumlah pengajar di desa sangatlah minim, sebagian guru memilih mengajar di
kota daripada di desa karena kurangnya sarana prasarana, nakses transportasi, jaringan
internet, tempat tinggal yang layak, dan lain sebagainya. Sehingga mengapa di
perkotaan sekolah-sekolahnya sangatlah maju dan berkembang itu karena akses
yang mudah dicapai sehingga segala bantuan bisa di dapatkan dan di maksimalkan
dalam suatu sekolah, maka di perlukan kerjasama yang baik dari pemerintah dan
masyarakat.

Pendidikan sangatlah penting saat ini,apalagi semua yang
semakin berkembangnya teknologi serba digital. Menurut saya pendidikan di
indonesia kurang jika dikatakan maksimal dalam hal perancanganya. Saya menyebut
belajar sebagai kewajiban setiap masing-masing individu sebagai bekal hidup dan
bekal untuk bertahan hidup dari rasa lapar. Ada beberapa faktor yang
memengaruhi seperti minimnya bahan ajar, pembagian sarana dan prasarana yang
kurang memadai khususnya di sekolah pelosok atau desa yang jauh sekali dengan
di kota, kurikulum pembelajaran sangatlah penting sebagai acuan bahan ajar
namun belum mengerti kurikulum lama mucul lagi kurikulum baru dan harus
beradaptasi lagi “belum ngerti sudah ganti kurikulum” kata yang
sering muncul di benak siswa. Kurikulum juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
tersebut, tidak bisa dibiarkan berjalan di tempat apalagi mempertahankan
hal-hal yang sudah kurang relevan, harus ada inovasi dan terobosan baru agar
setiap generasi mampu menjawab tuntutan zaman. Pendidikan perlu menyesuaikan
tujuan dan programnya dengan kondisi perubahan tersebut, bahkan memberikan
prediksi terhadap situasi budaya dan masyarakat masa depan.

Selain itu, ekonomi adalah masalah yang sering dijumpai
banyak siswa yang putus sekolah karena keterbatasannya. Maka tak heran banyak
orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya karena tidak memiliki biaya dan
malah menyuruhnya bekerja membantu perekonomian keluarga. Pemerintah memberikan
bantuan dana pemerintah berupa beasiswa untuk siswa yang kurang mampu tetapi
malah salah sasaran. Pendidikan haruslah menjadi prioritas utama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak lupa semboyan guru adalah pahlawan
tanpa tanda jasa ini bukan hanya sekedar kata-kata untuk seorang guru baik
pendidik di daerah pedalaman maupun yang ada diperkotaan. Dengan pendidikan
yang layak manusia bisa mengubah dirinya, dan lingkungan untuk menuju kearah
yang lebih baik dari sebelumya. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh hak yang sama di dalam mengakses
pendidikan.

Seperti makna dari pasal 31 UUD 1945 adalah setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan tanpa kecuali. Bagaimanapun, anak-anak dari
segala kelas sosial-ekonomi harus dapat terus belajar dengan layak. Dengan kata
lain, tidak ada perbedaan antara si miskin dan si kaya, demikian juga tidak
terdapat perbedaan antara masyarakat kota dan masyarakat desa. Pendidikan yang
merata dan berkualitas juga menghendaki supaya pembentukan karakter harus menjadi
prioritas. 

Kontributor: Rahma Dewi Aulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini